Jumat, 11 Januari 2013

BAHAN DISKUSI MAHASISWA ISLAM


MENERIMA IMBALAN MENGAJAR

Pertanyaan:
Ada seorang ustadz bila ditanya sesuatu tentang agama ia memberi isyarat harus membawa sesuatu kepadanya dari kebaikan? Apakah sikap seperti itu dibenarkan?

Jawaban:
Mencari ilmu itu hukumnya wajib. Bertanya adalah salah satu cara dalam menuntut ilmu. Firman Allah, “tanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak tahu”.
Di antar ulama ada yang tergolong kepada orang-orang  yang hidupnya terkurung dengan jalan Allah, mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mencari nafqah. Hidupnya tercurah kepada masalah-masalah agama. Tidak mudah baginya untuk berpendapat atau memutuskan suatu persoalan agama. Dia harus mencari dalil dan alasan yang tepat agar tidak menyesatkan umat. Dia harus bertanggungjawab di hadapan Allah bila jawabannya menyalahi al-Quran dan as-Sunnah.
Untuk mencari sebuah dalil adakalanya memerlukan waktu yang tidak sedikit, ada yang tidak tidur semlaman saat meneliti derajat sebuah hadits. Dia harus membuka kitab-kitab dan berusaha untuk memahaminya. Dia harus membaca beberapa buku yang memuat pendapat dan alasan orang lain yang berbeda-beda.
Ulama dituntut untuk memberi jawaban yang tepat, sementara di antara umat tidak memberi kesempatan kepadanya untuk membeli kitab dan buku sebagai rujukannya. Di samping itu juga harus menghidupi keluarganya.
Mungkin sang ustadz tadi menilai bahwa muridnya tidak memahami kondisi gurunya, sehingga ia memberi isyarat agar muridnya memberi kebaikan untuk dirinya.  Tentu saja hal itu dibenarkan asal tidak memaksa, sehingga bila tidak memberi kebaikan sang ustadz menyembunyikan ilmunya. Dalam surah al-Baqarah Allah berfirman,

"لِلْفُقَرَآءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي اْلأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَآءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْئَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَاتُنفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ" (ق س البقره : 273).

“Berinfaqlah kepada orang-orang faqir yang terikat di jalan Allah; mereka tidak dapat berusaha di muka bumi. Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya. Karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang lain dengan mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafqahkan (di jalan Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah : 273).
Orang-orang yang faqir yang terikat di jalan Allah pada zaman Rasulullah Saw adalah para mujahidin, yang siap diberangkatkan untuk mempertahankan agama Islam, mereka tidak mempunyai gaji tetap, selain dari ghanimah, itu pun kalau ada. Mereka bukan tidak mau bekerja atau alih profesi, namun tenaga dan fikirannya, jiwa dan raganya sangat diperlukan oleh Islam. Waktu mereka tersita untuk jihad.
Allah menggunakan kalimat “uhshiru fi sabilillah” artinya yang terkait di jalan Allah, tidak menggunakan orang-orang yang berjuang dijalan Allah. Hal ini menunjukkan umum, memiliki amkna siapa saja yang berjihad di jalan Allah untuk membuktikan Kalimat Allah itu yang paling tinggi, mereka adalah orang-orang yang terikat di jalan Allah dengan sifat-sifat yang diterangkan di atas.
Berinfaq kepada orang-orang berjihad di jalan Allah termasuk infaq fi sabilillah yang pahalanya berlipat ganda.
Bunga Rampai Pemikiran Sir

Kamis, 08 Desember 2011

Manusia, wakil Tuhan di bumi ?


Manusia, wakil Tuhan di bumi ?

Bismillahirrahanirrahiim, segala puji bagi Allah atas limpahan karunia-Nya, shalawat dan salam kita mohonkan semoga tercurah kepada nabi Muhammad saw. Beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut beliau yang setia.
Analisa sederhana yang telah hadir di depan anda ini adalah sebuah hasil-hasil diskusi dari sebuah komunitas Pusat Studi dan Penelitian yang ada di Kota Kediri. Segelintir mahasiswa yang tergabung dalam Association of Islamic Studies (AIS) yang berusaha menghidupkan kehidupan akademis kampus yang telah lama tertelan oleh eloknya Kota Kediri. Berawal dari inisiatif yang di anggap konyol, tidak mungkin, bahkan mengada-ada, akan tetapi, rintangan seberat satu ton batu pun akan tetap di pecahkan untuk menghilangkan kebuntuan yang selama ini telah menyumbat pintu intelektual di Kota Kediri.
Hal pertama yang penulis pertanyakan adalah apakah manusia di lahirkan di dunia ini berposisi sebagai wakil tuhan, bahkan ada yang mengatakan manusia diciptakan tuhan di bumi ini sebagai “Khalifah fi al-Ardl” yang mereka maknai bahwa manusia adalah wakil tuhan yang mempunyai sifat dasar menjaga, baik, dan cinta kebijakasanaan, apakah memang seperti itu ? Mereka selalu mendengung-dengungkan makna kesempurnaan dalam diri manusia berdasarkan al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30 yang berbunyi:

واذ قال ربّك للملائكة إنّى جاعل فى الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبّح بحمدك ونقدّس لك قال إنّى أعلم مالا تعلمون وعلّم ادم الأشياء كلّها ثمّ عرضهم على الملائكة فقال انبئونى باسماء هؤلاء إن كنتم صادقين   
Artinya:
Ingatlah ketika tuhan-mu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan engkau ?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudiakan mengemukakannya kepada malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Kemudian manusia sering kali menyatakan bahwa dirinya adalah mahluk paling sempurna yang memiliki kelebihan dari pada yang lain, adagium yang sangat menggelitik jika didengar di telingga. Coba amatilah statement saya ini, “Anda tau Hitler ? tokoh yang sangat kejam, dia adalah orang yang tak punya belas kasihan bahkan tega membunuh manusia-manusia lain. Anda juga tau kucing ? dia adalah jenis hewan yang sering kali dikatakan manusia sebagai mahluk yang derajatnya dibawah derajat manusia, tapi taukah anda tentang kucing yang anda katakan derajatnya dibawah anda itu ? dia adalah mahluk yang lebih bagus nilai interaksinya terhadap sesamanya, dia sangat penyayang kepada anak-anaknya. Mereka tak pernah mempunyai angan-anagan untuk membuat suatu makar (baca: rekayasa) untuk menghancurkan kucing di daerah yang lain agar ia mendapatkan kekuasaan dan kekayaan yang lebih banyak. Apakah itu yang anda maksud dengan mahluk terbaik ?
Kalau toh anda mengambil sampel hewan buas seperti harimau dan anda menamakan ia sebagai hewan yang kasar, tega, ganas dan tak bertanggung jawab atas kehidupan kehewanan. Meka akan saya jawab, bahwa hewan buas memakan hewan lain itu hanya karena memang hal itu menjadi kebutuhan mendasar bagi mereka, dan ia hanya secara alamiah melakukan hal tersebut, maka mereka tidak bisa kita katakan bahwa harimau adalah jenis hewan yang tak mempunyai kasih sayang atau pun kasar. Yang di maksud dengan kasar, mempunyai sifat kasih sayang, yang saya maksud adalah bahwa mahluk yang satu jenis menyayangi mahluk yang lain atau mahluk yang satu melukai atau membunuh yang lain, bukanlah mahluk yang membunuh mahluk lain karena memang secara alamiah itu menjadi hal yang mendasar dalam kehidupannya.
Sebelum manusia menempati bumi, keadaan bumi sangat sejahtera, lestari dan terjaga, belum ada sosok mahluk yang menghancurkan bumi secara besar-besaran. Namun setelah manusia pertama menghuni bumi mulailah pemanfatan dan eksploitasi bumi besar-besaran di kenal oleh mahluk bumi, bahkan naif jika dikatakan bahwa manusia yang menempati bumi adalah mahluk yang diciptakan dan berfungsi sebagai penjaga bumi.   
Saya selalu tidak sepakat kalau dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang di ciptakan tuhan di bumi dan menjadi wakil tuhan, ia akan menjaga stabilitas dan kelestarian bumi dengan mengunakan dalil al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30. Terkadang kita salah memaknai bahkan tidak mampu untuk mengklasfikasikan mana yang menjadi kata kunci dan mana yang umum  (عام)dan yang khusus (خاص) akhirnya kita salah dalam dalam menginterpretasikan ayat tersebut.
Baiklah saya akan mengklasifikasikan ayat yang biasa di gunakan oleh mayoritas umat Islam untuk menyatakan bahwa manusia adalah mahluk tertinggi ciptaan tuhan yang mengemban misi rekonsiliasi, stabilitas atau kelestarian alam dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30.
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa tuhan menjadikan seorang Khalifah di bumi, kemudian malaikat menjawab statement tuhan tersebut dengan mengatakan “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan engkau ?” Kata-kata Kholifah yang dimaksud tuhan dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30 menurut pandangan saya, adalah bahwa sebagai Pengganti Mahluk Tuhan, karena pada dasarnya kata kholifah yang saya artikan sebagai mahluk pengganti, jika dilihat dari segi makna bahasanya kholifah berarti pengganti, sebelum ada manusia di bumi (Adam) sudah ada mahluk yang menempatinya.
Dilihat dari karakteristik ayat di atas ada klasifikasi yang spesifik dan bisa untuk menjelaskan ayat tersebut. Ada tiga kata kata kunci yang dapat kita bahas disini yaitu kholifah (خليفة), yufsid (يُفسد) , dan yasfiku (يسفك) . Kata kholifah dalam ayat tersebut ternyata ada kaitannya dengan kata yufsid (merusak) dan kata yasfik (mengalirkan) dan keterkaitannya sangat erat sekali, kalau kita memisahkan antara kholifah dengan yufsid dan yasfik akan menimbulkan kerancuan dalam memahami kata kholifah.
Kalau kita cermati secara mendalam manusia adalah mahluk yang mempunyai dua potensi yaitu baik (peran akal) dan buruk (peran nafsu) dan kecenderungan manusia yang paling dominan adalah buruk jika melihat konteks ayat tersebut. Manusia memiliki potensi merusak, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk konsumtif dan hanya dapat mengunakan apa-apa yang ada di bumi. Oleh karenanya ada konsep manusia super yang berjumlah sedikit dan mempunyai kesadaran untuk menciptakan keselarasan di muka bumi. Manusia akan hilang kesadaran jika dia hanya memahami mahluk konsumtif dan manusia akan selalu membutuhkan manusia super yang menjelaskan dan memberi pemahaman tentang makna dasar manusia.
Ayat diatas akan menjadi gamblang jika kita kaitkan dengan ayat yang lain yang menjelaskan mana yang umum dan mana yang khusus, sehingga kita mendapatkan gambaran global dan akhirnya kita tahu apa makna yang dimaksud dari di ciptakannya manusia di bumi. Ayat yang saya maksud adalah surat ‘Ali Imron ayat 110:

كنتم خير أمة اخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو امن اهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون واكثرهم الفاسقون

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalam ayat di atas sangat membantu kita memahami ayat sebelumnya, bahwa ada klasifikasi yang jelas terkait dengan diutusnya manusia ke bumi. Ayat pertama yang menyatakan bahwa manusia adalah khalifah di bumi menurut saya adalah gambaran umum manusia sebagai salah satu mahluk yang ada di bumi. Dalam ayat tersebut belum sama sekali membahas klisifikasi manusia ataupun membahas tugas-tugas manusia di muka bumi di sana hanya menggambarkan ciri umum saja. Adapun  gambaran khususnya dijelaskan oleh Allah dalam firmannya surat ‘Ali Imran ayat 110.
Dalam surat ‘Ali Imran ayat 110 Allah menyebutkan kata Khira Ummah (umat terbaik) dan khaira ummah tersebut adalah gambaran khusus. Mengapa saya katakan gambaran khusus karena kata yang selanjutnya menyebutkan Ukhrijat li an-Nash (yang dilahirkan untuk manusia), kata tersebut mengindikasikan gambaran umum dan selaras dengan surat al-Baqoroh ayat 30 yang menyebutkan Kholifah fi al-Ardl (yang saya artikan pengganti).
“Khaira Ummah” adalah gambaran ideal yang sedikit di sandang oleh manusia secara umum dan mereka mempunyai tugas mulia sebagai mahluk yang sadar dan bertanggung jawab atas peran dan fungsinya, juga sebagai Khaira Ummah mempunyai tanggung jawab kepada an-Nash sebagai mahluk yang lebih umum.
Manusia sebagai “Khaira Ummah” selalu mempunyai klasifikasi khusus yang menjadi prasyarat untuk menyandang titel tersebut, sedangkan klasifikasi berdasarkan surat ‘Ali Imran ayat 110 di atas ada tiga klasifikasi, yaitu:
1.      Menyuruh kepada yang ma’ruf
2.      Mencegah dari yang mungkar
3.      Beriman kepada Allah
Tiga klasifikasi yang disebutkan diatas menjadi prasyarat mahluk yang disebutkan dalam al-Qur’an sebagai Khaira Ummah. Bahkan ayat selanjutnya menegaskan bahwa apabila ahl-Kitab beriman itu lebih baik bagi mereka akan tetapi kebanyakan mereka adalah fasik, kata fasik disini bermakna bahwa ahl-Kitab pada dasarnya mengetahui kebenaran dan keburukan. Mereka hanya memiliki problem kepercayaan yang sengaja di simpangkan oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab.
Oleh karenya, menurut saya klasifikasi Khaira Ummah tidak hanya disandang oleh orang muslim saja, bahkan dapat di katakan orang yang beragama selain Islam pun dapat kita klasifikasikan sebagai Khira Ummah. Saya yakin, pada dasarnya mereka sadar dan yakin kalau ada suatu kesalahan dalam kepercayaan mereka, akan tetapi problem kepercayaan senantiasa menaungi peradaban manusia dan menjadi musuh yang tidak nyata, kita terkadang tidak bisa memaksakan kepercayaan orang lain walau pun mereka tau kalau kepercayaan mereka salah. Oleh karenya mereka disebutkan dalam al-Qur’an sebagai mu’min (kalau yang sadar dan beriman kepada Allah) golongan ini sangat sedikit, sedangkan yang tidak beriman padahal mereka tahu ada kesalahan dalam kepercayaan mereka, mereka di sebut Allah dengan fasik (atau tau kebenaran tapi tak mempercayainya atau meyakininya) dan golongan inilah yang paling banyak.
Demikianlah analisis tentang kiprah manusia di bumi  yang sering di pertanyakan oleh mayoritas orang, mereka mempertanyakan kebenaran statement “Bahwa manusia adalah wakil tuhan di bumi yang akan menciptakan stabilitas” padahal jika kita pahami secara teliti kita akan mendapatkan suatu kesimpulan yang berbeda, bahkan ada klasifikasi khusus untuk manusia yang dikatakan manusia unggul. Semoga sedikit usaha kritis dan mendalam ini dapat memberikan suntikan semangat perubahan, harapannya adalah dengan adanya usaha terus-menerus mencari kebenaran ini tercipta suatu masyarakat yang kondusif dan rekonsiliasi kemanusiaan yang senantiasa kita harapkan akan terwujud, walaupun itu di anggap utopis bagi sebagian orang.
Karya ini saya persembahkan kepada kawan-kawan yang sedang berjuang dalam sebuah Pusat Studi dan Penelitian yang tergabung dalam:
Association of Islamic Studies (AIS)

Rabu, 07 Desember 2011

Akar Sejarah Pornografi, Seks, Erotisme dan Seks Bebas

Akar Sejarah Pornografi, Erotisme dan Seks Bebas

Perilaku seks manusia selalu dipengaruhi peradaban yang menaunginya, tak jarang perilaku seks suatu masyarakat berbenturan dengan masyarakat lainnya karena perbedaan peradaban yang melatar belakanginya, maka sejarah perilaku seks adalah sejarah benturan peradaban. Munculnya peradaban-peradaban yang nantinya akan mempengaruhi corak cara berfikir suatu masyarakat tidak bisa kita pungkiri adanya, walaupun secara alamiah manusia mempunyai potensi nafsu yang sangat berpengaruh kepada naluri seks atau pandangan perilaku seksnya, tidak bisa dinafikan peran madia yang sangat beragam bentuknya ikut andil dalam memproklamirkan dan mempromosikan karya seksualitas dalam konstruk masyarakatnya, bahkan sampai sekarang media itu tetap ada, hanya saja ia bermetamorfosis atau berubah menjadi bentuk baru yang lebih sempurna.
Perbedaan pandangan perilaku seks antara peradaban Ilahiyyat dengan peradaban Buatan Manusia menyebabkan benturan yang sangat keras dan kuat antara dua jenis peradaban tersebut. Peradaban Ilahiyyat adalah sekumpulan konsep-konsep tentang kehidupan yang bersumber dari wahyu Allah, peradaban yang dibawa oleh rasul Allah dan disempurnakan oleh rasul terakhir Muhammad SAW, peradaban yang mempunyai pedoman ketuhananan dengan jalan mengutus rasulnya dibumi dan memberikan kitab suci sebagai konstitusi, aturan, acuan pedoman hidup sekaligus menjadi tolok ukur yang pasti.
Peradaban Ilahiyyat sebelum diutusnya rasul Muhammad SAW adalah hanya diperuntukkan kepada bangsa dan zaman tertentu, seperti peradaban zabur, taurat, injil yang diperuntukkan untuk bani Israel saja, bahkan terbatas bangsa Israel pada masa sebelum lahir dan diutusnya Muhammad SAW. Pada mulanya peradaban mereka adalah peradaban yang baik, namun sayangnya peradaban zabur, taurat dan injil telah dicampuri oleh tangan-tangan manusia (bani Israel) itu sendiri hingga menjelma menjadi peradaban yahudi dan kristen yang menyimpang dari kitab aslinya. Sementara peradaban Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits tetap terjaga. Peradaban Islam yang membawa misi kebenaran kepada seluruh umat manusia bahkan jargon politiknya sangat tinggi dan berpengaruh pada peradabannya yaitu “Islam adalah agama Universal dan akan tetap terjaga sampai akhir zaman”, Allah juga menegaskan bahwa al-Qur’an akan tetap terjaga selama-lamanya dalam firmannya surat al-Hijr ayat 9 yang berbunyi:


إنا نحن نزّلنا الذكر وإنا له لحافظون
  
Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya. Menurut hemat saya jargon politik inilah yang menghipnotis umat Islam diseluruh pelosok penjuru dunia untuk tetap menjaga keutuhan agama Islam sampai akhir zaman, terlepas itu ada kaitanya dengan adanya peran mu’jizat tuhan atau tidak, terbukti peradaban Islam dapat diterapkan di berbagai negara di dunia Asia, Eropa dan Afrika selama 13 abad.
Sedangkan peradaban Buatan Manusia ada yang lahir dari Akidah seperti peradaban Kapitalisme, ada juga yang tidak lahir dari akidah seperti peradaban Mesir kuno, peradaban Yunani, Hindu dan Romawi kuno, peraban yang murni muncul dari persinggungan manusia yang satu dengan yang lain dengan jalan berinteraksi. Interaksi tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi sejarah peradaban manusia yang mempunyai sifat dasar dinamis. Benturan antar peradaban akan selalu terjadi dalam sejarah kehidupan manusia termasuk dalam hal prilaku seks.
Marilah kita masuk dan mempelajari sejarah singkat persingungan-persingungan peradaban yang muncul dan dapat kita amati, sehingga memperkuat analisis kita tentang sejarah seks, pornografi dan erotisme di seluruh dunia sampai saat ini. Ada sembilan fase persinggungan yang kita pelajari disini diantaranya:
1.      Peradaban Mesir Kuno
2.      Peradaban Yahudi
3.      Peradaban India Kuno
4.      Peradaban India Kuno
5.      Peradaban Romawi Kuno
6.      Peradaban Kristen
7.      Peradaban Islam
8.      Kemrosotan Peradaban Islam
9.      Peradaban Kapitalisme

A.      Peradaban Mesir Kuno
Sekitar 300 tahun SM di Afika Utara muncullah peradaban Mesir Kuno, mereka mempunyai kepercayaan bahwa “Mereka menganggap, seks adalah cara para dewa menjaga dunia agar tetap hidup”. Piramida dan kuil-kuil dibangun dalam rangka aktifitas seksual.
Mereka mempunyai mitos dewa Atum (dewa pencipta), dewa tersebut harus melakukan masturbasi terlebih dahulu untuk membentuk bumi. Mereka juga mempunyai mitos dewa Min yang mereka lambangkan seorang pria yang sedang melakukan masturbasi didepan umum.
Jika kita amati asumsi dasar yang digunakan pada masa peradaban Mesir kuno ini, menggunakan sebuah media untuk mempublikasikan sisi-sisi seksual dan erotisme yang mempengaruhi cara seorang pria dan wanita mempunyai ketertarikan antara yang satu dan yang lain. Mereka sudah mengenal simbol-simbol berupa lukisan, patung atau arca yang mereka gunakan sebagai media publikasi.
Hal ini diperkuat dengan adanya lukisan-lukisan yang tertera pada dinding piramid berupa lukisan wanita tanpa penutup dada. Mereka juga mempraktekkan perilaku Incest (hubungan antara anak atau saudaranya sendiri) perilaku ini mereka lakukan sebagai sarana untuk mempertahankan kekuasaan mereka agar tidak jatuh ke tangan orang lain.


B.       Peradaban Yahudi
Kemunculan peradaban yahudi ini ditaksir sekitar 1200 tahun SM, mereka berkeyakinan sebaliknya. Menurut mereka “Rasa malu atas tubuh yang telanjang adalah benar dan alami”. Dalam kitab Kejadian versi bangsa Yahudi meyakini kisah antara adam dan hawa yang telanjang tanpa adanya rasa malu sampai mereka memakan buah terlarang (baca: buah khuldi) yang menjadikan mereka memahami kebaikan dan keburukan, bahwa telanjang itu buruk atau salah dan memunculkan rasa malu, sementara berpakaian itu baik dan memunculkan rasa terhormat.
Akan tetapi sayangnya sepeninggalan Daud dan Musa, bani Israel menembahkan puisi-puisi cinta pada masa Mesir Kuno dan Mesopotamia Kuno ke dalam perjanjian lama. Mereka mempunyai kitab yang berisikan tentang puisi-puisi cinta para dewa yang disebut dengan Madah Agung. Dari puisi madah agung inilah mereka (manusia) mempraktekkan, menirunya dan mulai mrayakan hal yang sama, yaitu seks dan tindakan seksual. Puisi Madah Agung ini juga masih dinyanyikan oleh orang Yahudi Ortodok pada setiap Jum’at malam sampai saat ini.
Inilah problem mendasar yang dihadapi oleh manusia bahkan sampai saat ini pun, bahwa ketika suatu umat mempunyai sosok pemimpin yang mempunyai pemegang otoritas tunggal mereka cenderung tidak mau melakukan keburukan, ktimpangan atau kesalahan. Namun, ketika seorang pemimpin itu sudah meninggal maka mereka kembali lagi pada kebiasaan mereka yang lama, sebagai contohnya peradaban Yahudi ini yang setelah mereka ditinggalkan para nabi atau rasulnya sebagai pemimpin tunggal, mereka kembali lagi pada peraban bejat mereka. Contoh lain yaitu ketika Rasulullah Muhammad SAW masih hidup, pertimbangan kesukuan dalam sebuah konstruk masyarakat Arab tidak nampak sama sekali atau di nomor akhirkan, namun ketika Muhammad wafat pertimbangan kesukuan muncul kembali pada waktu pemilihan pemimpin sebagai pengganti Muhammad, penyebab terjadinya hal seperti ini kalau kita cermati secara teliti karena mereka sudah tidak punya sesosok pemimpin yang memegang kendali secara mutlak dan di dukung oleh umatnya, maka ketika ia wafat, watak asli jahiliyah mereka muncul kembali. Apakah kita juga termasuk golongan tersebut ?
Oleh karenanya, problem yang paling mendasar pada diri manusia adalah ketidak mampuan manusia memporsikan potensi-potensi yang mereka miliki, baik potensi nafsu yang cenderung buruk atau potensi akal yang cenderung hanif (baca: baik), itulah yang harus terus kita jadikan interkritik dalam diri kita.


To Be Continue...