Manusia,
wakil Tuhan di bumi ?
Bismillahirrahanirrahiim, segala puji bagi Allah atas limpahan
karunia-Nya, shalawat dan salam kita mohonkan semoga tercurah kepada nabi
Muhammad saw. Beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut beliau yang setia.
Analisa sederhana yang telah hadir di depan anda ini adalah sebuah
hasil-hasil diskusi dari sebuah komunitas Pusat Studi dan Penelitian yang ada
di Kota Kediri. Segelintir mahasiswa yang tergabung dalam Association of
Islamic Studies (AIS) yang berusaha menghidupkan
kehidupan akademis kampus yang telah lama tertelan oleh eloknya Kota Kediri.
Berawal dari inisiatif yang di anggap konyol, tidak mungkin, bahkan
mengada-ada, akan tetapi, rintangan seberat satu ton batu pun akan tetap di
pecahkan untuk menghilangkan kebuntuan yang selama ini telah menyumbat pintu
intelektual di Kota Kediri.
Hal pertama yang penulis pertanyakan adalah apakah manusia di
lahirkan di dunia ini berposisi sebagai wakil tuhan, bahkan ada yang mengatakan
manusia diciptakan tuhan di bumi ini sebagai “Khalifah fi al-Ardl” yang
mereka maknai bahwa manusia adalah wakil tuhan yang mempunyai sifat dasar
menjaga, baik, dan cinta kebijakasanaan, apakah memang seperti itu ? Mereka
selalu mendengung-dengungkan makna kesempurnaan dalam diri manusia berdasarkan
al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30 yang berbunyi:
واذ قال ربّك للملائكة إنّى جاعل
فى الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبّح بحمدك
ونقدّس لك ◌ قال
إنّى أعلم مالا تعلمون ◌
وعلّم ادم الأشياء كلّها ثمّ عرضهم على الملائكة فقال انبئونى
باسماء هؤلاء إن كنتم صادقين ◌
Artinya:
Ingatlah ketika tuhan-mu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji engkau dan menyucikan engkau ?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudiakan mengemukakannya kepada malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Kemudian manusia sering kali menyatakan bahwa dirinya adalah mahluk
paling sempurna yang memiliki kelebihan dari pada yang lain, adagium yang
sangat menggelitik jika didengar di telingga. Coba amatilah statement saya ini,
“Anda tau Hitler ? tokoh yang sangat kejam, dia adalah orang yang tak punya belas
kasihan bahkan tega membunuh manusia-manusia lain. Anda juga tau kucing ? dia
adalah jenis hewan yang sering kali dikatakan manusia sebagai mahluk yang
derajatnya dibawah derajat manusia, tapi taukah anda tentang kucing yang anda
katakan derajatnya dibawah anda itu ? dia adalah mahluk yang lebih bagus nilai
interaksinya terhadap sesamanya, dia sangat penyayang kepada anak-anaknya.
Mereka tak pernah mempunyai angan-anagan untuk membuat suatu makar (baca:
rekayasa) untuk menghancurkan kucing di daerah yang lain agar ia mendapatkan
kekuasaan dan kekayaan yang lebih banyak. Apakah itu yang anda maksud dengan
mahluk terbaik ?
Kalau toh anda mengambil sampel hewan buas seperti harimau dan anda
menamakan ia sebagai hewan yang kasar, tega, ganas dan tak bertanggung jawab
atas kehidupan kehewanan. Meka akan saya jawab, bahwa hewan buas memakan hewan
lain itu hanya karena memang hal itu menjadi kebutuhan mendasar bagi mereka,
dan ia hanya secara alamiah melakukan hal tersebut, maka mereka tidak bisa kita
katakan bahwa harimau adalah jenis hewan yang tak mempunyai kasih sayang atau pun
kasar. Yang di maksud dengan kasar, mempunyai sifat kasih sayang, yang saya
maksud adalah bahwa mahluk yang satu jenis menyayangi mahluk yang lain atau
mahluk yang satu melukai atau membunuh yang lain, bukanlah mahluk yang membunuh
mahluk lain karena memang secara alamiah itu menjadi hal yang mendasar dalam
kehidupannya.
Sebelum manusia menempati bumi, keadaan bumi sangat sejahtera,
lestari dan terjaga, belum ada sosok mahluk yang menghancurkan bumi secara
besar-besaran. Namun setelah manusia pertama menghuni bumi mulailah pemanfatan dan
eksploitasi bumi besar-besaran di kenal oleh mahluk bumi, bahkan naif jika
dikatakan bahwa manusia yang menempati bumi adalah mahluk yang diciptakan dan
berfungsi sebagai penjaga bumi.
Saya selalu tidak sepakat kalau dikatakan bahwa manusia adalah
mahluk yang di ciptakan tuhan di bumi dan menjadi wakil tuhan, ia akan menjaga
stabilitas dan kelestarian bumi dengan mengunakan dalil al-Qur’an surat
al-Baqoroh ayat 30. Terkadang kita salah memaknai bahkan tidak mampu untuk
mengklasfikasikan mana yang menjadi kata kunci dan mana yang umum (عام)dan yang khusus (خاص) akhirnya kita salah dalam dalam
menginterpretasikan ayat tersebut.
Baiklah saya akan mengklasifikasikan ayat yang biasa di gunakan oleh
mayoritas umat Islam untuk menyatakan bahwa manusia adalah mahluk tertinggi
ciptaan tuhan yang mengemban misi rekonsiliasi, stabilitas atau kelestarian
alam dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30.
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa tuhan menjadikan seorang
Khalifah di bumi, kemudian malaikat menjawab statement tuhan tersebut dengan
mengatakan “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan menyucikan engkau ?” Kata-kata
Kholifah yang dimaksud tuhan dalam al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 30 menurut
pandangan saya, adalah bahwa sebagai Pengganti Mahluk Tuhan,
karena pada dasarnya kata kholifah yang saya artikan sebagai mahluk pengganti,
jika dilihat dari segi makna bahasanya kholifah berarti pengganti, sebelum ada
manusia di bumi (Adam) sudah ada mahluk yang menempatinya.
Dilihat dari karakteristik ayat di atas ada klasifikasi yang
spesifik dan bisa untuk menjelaskan ayat tersebut. Ada tiga kata kata kunci yang
dapat kita bahas disini yaitu kholifah (خليفة), yufsid (يُفسد) , dan yasfiku (يسفك) . Kata kholifah dalam ayat tersebut ternyata ada kaitannya
dengan kata yufsid (merusak) dan kata yasfik (mengalirkan) dan keterkaitannya sangat
erat sekali, kalau kita memisahkan antara kholifah dengan yufsid dan yasfik
akan menimbulkan kerancuan dalam memahami kata kholifah.
Kalau kita cermati secara mendalam manusia adalah mahluk yang
mempunyai dua potensi yaitu baik (peran akal) dan buruk (peran nafsu) dan
kecenderungan manusia yang paling dominan adalah buruk jika melihat konteks
ayat tersebut. Manusia memiliki potensi merusak, karena pada dasarnya manusia
adalah mahluk konsumtif dan hanya dapat mengunakan apa-apa yang ada di bumi.
Oleh karenanya ada konsep manusia super yang berjumlah sedikit dan mempunyai
kesadaran untuk menciptakan keselarasan di muka bumi. Manusia akan hilang
kesadaran jika dia hanya memahami mahluk konsumtif dan manusia akan selalu
membutuhkan manusia super yang menjelaskan dan memberi pemahaman tentang makna
dasar manusia.
Ayat diatas akan menjadi gamblang jika kita kaitkan dengan ayat
yang lain yang menjelaskan mana yang umum dan mana yang khusus, sehingga kita
mendapatkan gambaran global dan akhirnya kita tahu apa makna yang dimaksud dari
di ciptakannya manusia di bumi. Ayat yang saya maksud adalah surat ‘Ali Imron
ayat 110:
كنتم خير أمة اخرجت
للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو امن اهل الكتاب لكان
خيرا لهم منهم المؤمنون واكثرهم الفاسقون
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dalam ayat di atas sangat membantu kita memahami ayat sebelumnya,
bahwa ada klasifikasi yang jelas terkait dengan diutusnya manusia ke bumi. Ayat
pertama yang menyatakan bahwa manusia adalah khalifah di bumi menurut saya adalah
gambaran umum manusia sebagai salah satu mahluk yang ada di bumi. Dalam ayat
tersebut belum sama sekali membahas klisifikasi manusia ataupun membahas
tugas-tugas manusia di muka bumi di sana hanya menggambarkan ciri umum saja.
Adapun gambaran khususnya dijelaskan
oleh Allah dalam firmannya surat ‘Ali Imran ayat 110.
Dalam surat ‘Ali Imran ayat 110 Allah menyebutkan kata Khira
Ummah (umat terbaik) dan khaira ummah tersebut adalah gambaran khusus.
Mengapa saya katakan gambaran khusus karena kata yang selanjutnya menyebutkan Ukhrijat
li an-Nash (yang dilahirkan untuk manusia), kata tersebut mengindikasikan
gambaran umum dan selaras dengan surat al-Baqoroh ayat 30 yang menyebutkan Kholifah
fi al-Ardl (yang saya artikan pengganti).
“Khaira Ummah” adalah gambaran ideal yang sedikit di sandang oleh
manusia secara umum dan mereka mempunyai tugas mulia sebagai mahluk yang sadar
dan bertanggung jawab atas peran dan fungsinya, juga sebagai Khaira Ummah
mempunyai tanggung jawab kepada an-Nash sebagai mahluk yang lebih umum.
Manusia sebagai “Khaira Ummah” selalu mempunyai klasifikasi khusus
yang menjadi prasyarat untuk menyandang titel tersebut, sedangkan klasifikasi berdasarkan
surat ‘Ali Imran ayat 110 di atas ada tiga klasifikasi, yaitu:
1.
Menyuruh
kepada yang ma’ruf
2.
Mencegah
dari yang mungkar
3.
Beriman
kepada Allah
Tiga klasifikasi yang disebutkan diatas menjadi prasyarat mahluk
yang disebutkan dalam al-Qur’an sebagai Khaira Ummah. Bahkan ayat
selanjutnya menegaskan bahwa apabila ahl-Kitab beriman itu lebih baik bagi
mereka akan tetapi kebanyakan mereka adalah fasik, kata fasik disini
bermakna bahwa ahl-Kitab pada dasarnya mengetahui kebenaran dan
keburukan. Mereka hanya memiliki problem kepercayaan yang sengaja di simpangkan
oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab.
Oleh karenya, menurut saya klasifikasi Khaira Ummah tidak hanya
disandang oleh orang muslim saja, bahkan dapat di katakan orang yang beragama
selain Islam pun dapat kita klasifikasikan sebagai Khira Ummah. Saya yakin,
pada dasarnya mereka sadar dan yakin kalau ada suatu kesalahan dalam
kepercayaan mereka, akan tetapi problem kepercayaan senantiasa menaungi
peradaban manusia dan menjadi musuh yang tidak nyata, kita terkadang tidak bisa
memaksakan kepercayaan orang lain walau pun mereka tau kalau kepercayaan mereka
salah. Oleh karenya mereka disebutkan dalam al-Qur’an sebagai mu’min (kalau
yang sadar dan beriman kepada Allah) golongan ini sangat sedikit, sedangkan
yang tidak beriman padahal mereka tahu ada kesalahan dalam kepercayaan mereka,
mereka di sebut Allah dengan fasik (atau tau kebenaran tapi tak mempercayainya
atau meyakininya) dan golongan inilah yang paling banyak.
Demikianlah analisis tentang kiprah manusia di bumi yang sering di pertanyakan oleh mayoritas
orang, mereka mempertanyakan kebenaran statement “Bahwa manusia adalah wakil
tuhan di bumi yang akan menciptakan stabilitas” padahal jika kita pahami
secara teliti kita akan mendapatkan suatu kesimpulan yang berbeda, bahkan ada
klasifikasi khusus untuk manusia yang dikatakan manusia unggul. Semoga sedikit
usaha kritis dan mendalam ini dapat memberikan suntikan semangat perubahan,
harapannya adalah dengan adanya usaha terus-menerus mencari kebenaran ini
tercipta suatu masyarakat yang kondusif dan rekonsiliasi kemanusiaan yang
senantiasa kita harapkan akan terwujud, walaupun itu di anggap utopis bagi
sebagian orang.
Karya ini saya persembahkan kepada kawan-kawan yang sedang berjuang
dalam sebuah Pusat Studi dan Penelitian yang tergabung dalam:
Association of Islamic Studies (AIS)
Karya ini saya persembahkan kepada kawan-kawan yang sedang berjuang dalam sebuah Pusat Studi dan Penelitian yang tergabung dalam:
BalasHapusAssociation of Islamic Studies (AIS)